Fenomena BPJS (Biaya Pas-pasan Jiwa Sosialita) dan Ciri-cirinya

Jiwa sosialita

Belakangan ini banyak beredar trend di media sosial mengenai salah satu gaya hidup yang disebut “BPJS”. Istilah ini bukan mengacu pada institusi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), namun singkatan dari “Biaya Pas-pasan Jiwa Sosialita”. Istilah tersebut seringkali dikaitkan dengan remaja yang memiliki gengsi tinggi dan ingin selalu tampil seperti orang kaya, walaupun sebenarnya mereka memiliki dananya yang terbatas. Orang-orang yang berperilaku BPJS ini biasanya makan di tempat yang mewah seperti cafestaycation, membeli barang-barang branded untuk di pamerkan di media sosial mereka agar terlihat seperti seorang sosialita.

Sebutan sosialita ditujukan untuk orang-orang dengan gaya hidup yang sarat dengan kemewahan. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan gaya hidup mewah, namun sayangnya banyak orang yang ikut-ikutan gaya hidup sosialita ini padahal tidak memiliki penghasilan yang cukup sehingga membahayakan keuangan mereka.

Pendapatan yang didapatkan disetiap bulan, seharusnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun justru digunakan untuk tampil mewah. Berikut adalah ciri-ciri orang yang masuk dalam gaya hidup BPJS:

  1. Membeli barang karena gengsi

Alih-alih membeli sebuah barang karena kebutuhan, mereka yang bergaya hidup BPJS membeli sebuah barang karena gengsi. Biasanya mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan hanya ingin tampil seperti orang yang mereka inginkan dan mendapat pengakuan dari linkungannya. Sikap ini membahayakan keuangan mereka karena demi memenuhi hasrat itu, mereka menghabiskan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat seperti ditabung untuk masa depan.

  1. Terobsesi dengan barang bermerek

Obsesi terhadap barang bermerek biasanya terjadi karena lingkungan tempat dia tumbuh menganggap bahwa barang bermerek adalah simbol kesuksesan. Orang dengan gaya hidup BPJS berusaha mendapatkan barang-barang branded untuk menarik perhatian lingkungannya dan berharap mendapat pengakuan dari mereka. Alhasil, dengan budget yang pas-pasan mereka akan rela berhutang untuk mendapatkannya.

  1. Pengeluaran lebih besar daripada penghasilan

“Besar pasak daripada tiang” mungkin uangkapan itulah yang cocok untuk menggambarkan seorang yang bergaya hidup BPJS. Mereka yang bergaya hidup BPJS selalu mengutamakan gengsi dan terobsesi dengan barang-barang bermerek, secara langsung akan berdampak pada cashflow mereka. Pendapatan setiap bulan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, malahan harus berhutang untuk memenuhi kebutuhannya.

  1. Memakai kartu kredit secara impulsif

Membeli barang bermerek dan mahal tidaklah salah, namun jika barang tersebut didapatkan dengan cara berhutang akan menjadi masalah dikemudian hari. Seorang dengan gaya hidup BPJS tidak akan berfikir panjang untuk berbelanja menggunakan kartu kredit. Kebiasaan impulsif ini cepat atau lambat akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Karena menggunakan kartu kredit sama saja berhutang kapada bank penerbit kartu kredit, dan sang pengguna harus membayarnya.

Baca juga artikel ini: Empat Anggapan Salah Kaprah Mengenai Asuransi

  1. Sering meminjam uang

Akibat dari gaya hidup BPJS yang mengakibatkan mereka sering berhutang dan tidak jarang berakhir dengan terlilit hutang. Selanjutnya masalah terlilit hutang ini akan memepengaruhi keuangan mereka dalam jangka waktu yang cukup lama karena mereka harus menyelesaikan hutang-hutang tersebut. Kondisi ini juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental dan tubuh mereka. Terutama ketika mendapat tekanan oleh penagih hutang dan mulai ditinggalkan linkungannya.

Setelah mengenal ciri-cirinya, selanjutnya mari kita simpulkan bahwa gaya hidup BPJS tidak baik bagi keuangan Sahabat BekalHidup. Setelah membaca artikel ini BekalHidup berharap agar Sahabat BekalHidup bisa mengidentifikasi sejak dini apakah kita termasuk orang yang mengarah kepada gaya hidup BPJS sehingga bisa mengubahnya secepatnya.

ARTIKEL LAINNYA

logo help